Jumat, 13 Juni 2014

Percobaan Iod



PRAKTIKUM I.3
Topik               : Percobaan Iod
Tujuan             : Untuk mengetahui kandungan pati pada uji iod
Hari/ tanggal   : Jum’at/ 14 Maret 2014
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 

       I.            ALAT DAN BAHAN
A.    Alat - alat :
1.      Tabung reaksi                    
2.      Rak tabung reaksi              
3.      Pipet tetes
4.      Waterbath
5.      Papan porselin
B.     Bahan - bahan :
1.      Larutan uji :
v  Amilum
v  Glukosa
v  Dextrosa
v  Laktosa
2.      Larutan Iodium
3.      Larutan NaOH

    II.            CARA KERJA
1.      Menyiapkan tabung reaksi serta memberinya masing-masing tabung reaksi.
2.      Memasukan 5 tetes NaOH dengan pipet tetes + 15 tetes amilum ke tabung reaksi A dan B.
·         Memasukkkan 5 tetes NaOH + 15 tetas glokosa ke dalam tabung reaksi (A2)
·         Mmasukkan 5 tetes NaOH + 15 tetes dextosa ke dalam tabung reaksi (A3)
·         Memasukkan 5 tetes NaOH + 15 tetes laxtosa kedalam tabung reaksi (A4)
·         Memasukkan 5 tetes iodium + 15 tetes Amilum  ke tabung raksi (B1)
·         Memasukkan 5 tetes iodium + 15 tetes Glukosa ke tabunng reaksi (B2)
·         Memasukkan 5 tetes iodium + 15 tetesDextosa ke taabung reaksi (B3)
·         Memasukkan 5 tetes iodium + 15 tetes Laxtosa ke tabung reaksi (B4)

 III.            TEORI DASAR
            Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α – glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut diisebut amilopektin. Amilosa memiliki struktur lurus dengan ikatan α – (1,4) – D – glukosa. Sedangkan Amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α – (1,4) – D – glukosa 4-5 % dari berat total. %-70 % dari hasil moltosa toeritis. Bagian pati yang tidak terurai menjadi residu disebut β – amilase limit dextrin. Hal ini disebabkan karena ternyata β – amilase tidak mampu menghidrolisis amilopektin diluar batas cabang-cabang tertentu.
            Enzim-enzim yang terdapat pada tanaman  yang dapat menghidrolisis pati adalah β – amilase, α – amilase, dan fosforilase. Enzim-enzim β – amilase dapat mencegah pati menjadi fraksi-fraksi yang kecil-kecil, misalnya pemecahan amilase menjadi fraksi kecil yang disebut maltosa, yang merupakan suatu disakarida dari glukosa. Bila β – amilase direaksikan terhadap pati biasa, hanya diperoleh 60 entu.
            Dibanding β – amilase, kemampuan menghidrilisis α – amilase lebih hebat. Enzim ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul yang terdiri dari 6-7 unit glukosa.
            Enzim fosforilase mampu memecah ikatan 1,4 – glukosidik pati dengan bantuan asam atau ion fosfat, sedangkan amilase memerlukan molekul air.
            Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak disebut hidrolisis. Fosforilasi dapat memecah amilase secara tuntas, tapi bila substratnya amilopektin, disamping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut “dekstrin tahan fosforilase”, yang molekulnya mengandung cabang-cabang ikatan α – 1,6.
Karbohidrat adalah golongan senyawa yang terdiri dari unsur-unsur C, H dan O. Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m. Harga n dan m boleh sama boleh juga berbeda, tetapi jumlah ataom H harus dua kali jumlah ataom O.
                        Sifat-sifat kimia karbohidrat antara lain :
a.       Banyaknya isomer ruang suatu karbohidrat adalah 2n dengan n menyatakan jumlah atom C simetri.
b.       Karbohidrat dapat mereduksi hidroksida-hidroksida logam dan karbohidat itu sendiri akan teroksidasi.
c.       Oksidasi pada karbohidrat menghasilkan asam.
d.      Karbohidrat umumnya dapat diragikan menjadi etanol dan CO2 (gas).
Sifat-sifat fisik karbohidrat ada yang berupa zat padat pada suhu kamar, ada yang berupa hablur, tidak berwarna ( misal : sukrosa dan glukosa ), zat padat amorf atau pati dan basa serat / selulosa. Sebagain besar karbohidrat mempunyai sifat dapat memutar bidang polarisasi cahaya. Sebagai patokan, dapat dilihat gugus OH ke kiri diberi awalan 1 (Levo) berarti memutar bidang polarisasi bidang ke kiri dan apabila ke kanan dinamakan d (dekstro).
 IV.            HASIL PENGAMATAN
A.    Tabel Hasil Pengamatan


No.

Larutan Uji
Ditambah Iodium
Ditambah NaOH 10%
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Sebelum dipanaskan
Sesudah dipanaskan
1.
Amilum 5%
Putih keruh kekuningan
Kuning keemasan
Putih susu
(Ada endapan)
Putih keruh
2.
Glikoosa 5%
Bening
Kuning kecoklatan
Bening
Bening
3.
Dextosa 5%
Bening
Merah kecoklatan
Bening
Bening
4.
Laktosa  5%
Bening
Merah kecokalatan (ada endapan)
Bening
Merah bata

B.     Foto pengamatan
1.      Sebelum di panaskan
                                                                                                                   







 








                                        Sumber : dokumentasi pribadi 2014
2.      Sesudah di panaskan
 
































                                        Sumber : dokumentasi pribadi. 2014


    V.            ANALISIS DATA
A.    Perlakuan dengan larutan iodium
Dalam percobaan ini iodium berperan sebagai pereaksi dan akan menimbulkan warna ungu atau biru jika dalam suatu bahan yang direaksikan mengandung pati.
Pati terdiri atas dua polimer sakarida yaitu amilosa dan amilopektin. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa sehingga tidak larut dalam air dingin. Amlopektin yang tercampur dengan Iodium akan berwarna ungu. Amilum yang tercampur dengan Iodium akan membentuk senyawa Iodida yang berwarna biru.
Bedasarkan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan iodium yang telah ditetesi larutan uji, didapatkan hasil antara lain :
1.      Amilum 5% + Iodium
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan amilum yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan iodium, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan berwarna putih susu dan memiliki endapan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warna larutan berubah menjadi putih keruh dan endapan bagian dasar larutan menghilang. Setelah dipanaskan, maka terjadi dehidrasi atau pelepasan molukel air suatu senyawa dan juga zat indikator mengalami penguraian.
2.      Glukosa 5% + Iodium
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan glokusa yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan iodium, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warna larutan tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pemanasan yang berlangsung selama ± 10 menit tersebut terjadi proses penguraian zat pati.

3.      Dextrosa 5% + Iodium
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  dextrose yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan iodium, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warna larutan tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi proses hidrolisis pada larutan dextrose 5 % + iodium.
4.      Laktosa 5% + Iodium
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  laktosa yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan iodium, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan berwarna bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warna larutan tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa larutan laktosa yang diberi iodium, kandungan pati di dalamnya mudah terhidrolisis pada saat pemanasan . Ini diduga disebabkan karena rantai atomnya mudah terlepas.

B.     Perlakuan dengan larutan NaOH
Dalam percobaan ini larutan NaOH berperan sebagai pereaksi, NaOH sebagai basa kuat yang akan menjadikan larutan menjadi basa lemah karena bercampur dengan asam.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan NaOH yang telah ditetesi larutan uji, didapatkan hasil antara lain :
1.      Amilum 5 % + NaOH
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  amilum yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan NaOH, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan berwarna putih keruh kekuningan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warnanya berubah menjadi kuning keemasan. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan amilum yang ditetesi NaOH sebelum dipanaskan terjadi proses hidrolisis.
2.      Glukosa 5 % + NaOH
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  glokusa yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan NaOH, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warnanya berubah menjadi kuning kecokelatan. Hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan glokusa  +  NaOH memiliki kandungan pati yang lumayan banyak.
3.      Dextrosa 5 % + NaOH
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  dextrosa yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan NaOH, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warnanya berubah menjadi merah kecokelatan. Perubahan warna ini terjadi karena sebelum dipanaskan kedua larutan ini tidak mengalami reaksi apapun, dan setelah dipanaskan larutan menjadi homogen dan terjadi reaksi pembentukan pati sehingga warna larutan berubah menjadi merah kecokelatan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan dextrose memiliki kandungan pati yang lumayan banyak.
4.      Laktosa 5 % + NaOH
Pada percobaan yang dilakukan dengan mengunakan 15 tetes larutan  laktosa yang ditambahkan dengan 5 tetes larutan NaOH, setelah dikocok sebelum dipanaskan larutan bening. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit dengan suhu 95,90 C warnanya berubah menjadi kuning kecokelatan yang lebih pekat. Hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan laktosa  +  NaOH memiliki kandungan pati yang lebih banyak dibandingkan larutan – larutan uji lainnya.
Pada larutan uji + larutan iodium setelah dipanaskan berwarna lebih muda dibandingkan dengan larutan yang sebelum dipanaskan. Hal ini terjadi karena pada saat pemanasan terjadi pemecahan molekul menjadi lebih sederhana. Dan pada larutan uji + NaOH, warna sebelum dipanaskan lebih muda daripada setelah dipanaskan, karena pada saat pemanasan terjadi, gugus –OH yang ada pada NaOH berikatan dengan kandungan pati yang ada pada larutan uji.

 VI.            KESIMPULAN
1.      Larutan amilum yang sering dikenal dalam bahasa sehari-hari disebut pati,  termasuk dalam golongan polisakarida. Ciri-ciri umum adalah biasanya berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak punya rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi.
2.      Apabila larutan yang mengandung pati ditambahkan dengan iodium dan dipanaskan, maka warna yang dihasilkan lebih muda dari warna sebelum dipanaskan. Hal ini disebabkan karena pada saat pemanasan terjadi pemecahan molekul menjadi lebih sederhana.
3.      Apabila larutan yang mengandung pati ditambahkan dengan NaOH (basa kuat), dan setelah campuran kedua larutan tersebut dipanaskan, maka gugus –OH pada basa kuat tersebut akan berikatan dengan kandungan pati tersebut.

VII.            DAFTAR PUSTAKA
Noorhidayati dan Hardiansyah. 2014. Penuntun Praktikum Biokimia. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.

Poejdiadi, Ana. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

Stryer, Lubert (Alih bahasa : Sadikin, Mohamad dkk). 2000. Biokimia.    EGC.Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar