PRAKTIKUM I.1
Topik : Uji
Karbohidrat 1
Tujuan : Untuk mengetahui apakah dalam
suatu senyawa / larutan
mengandung glukosa.
Hari/ Tanggal : Jum’at/ 28 Februari 2014
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP
UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat - alat :
1.
Tabung reaksi
2.
Rak tabung reaksi
3.
Waterbath
4.
Gelas kimia 1000 ml
5.
Gelas ukur 40 ml
6.
Pipet tetes
7.
Kertas label
B.
Bahan – bahan :
1.
Fehling A dan B
2.
Air
3.
Larutan glukosa
4.
Bermacam larutan sari buah
II.
CARA KERJA
1. Memasukkan air sebanyak 500 ml ke dalam gelas kimia 1000 ml dan
memanaskan di atas lampu spritus.
2. Encerkan sari buah dengan perbandingan 1 sari buah : 4 aquadest
dan masuan larutan tersebut kedalam tabung reaksi.
3. Mengambil 4 ml larutan glukosa dan memasukkan ke dalam tabung
reaksi (B).
4. Menambahkan ke dalam tabung (A) dan (B) larutan Fehling A dan
Fehling B dengan jumlah yang sama.
5. Maukkan semua tabung reaksi kedalam waterbat dengan suhu 95
celcius dalam waktu 10 menit.
6. Amati perubahan yang
terjadi pada saat air mendidih selama 3 menit dan dinginkan.
III.
TEORI DASAR
Sebagian
besar zat-zat organik adalah golongan karbohidrat. Bila dilihat dari
strukturnya, karbohidrat merupakan derivat (turunan) dari aldehid atau keton
dari alkohol polihidris atau senyawa turunannya sebagai hasil dari hidrolisis,
contoh pati dan gula yang terdapat pada tumbuhan.
Pektin,
selulosa, dan hemiselulosa merupakan bahan baku pembentuk organ tumbuhan.
Disamping itu amilum, pati, sukrosa, dan fruktosa juga berasal dari tumbuhan,
yang diperoleh dari hasil fotosintesis.
Karbohidrat merupakan sumber energi
utama bagi organisme hidup. Manusia menggunakan zat pati sebagai nutrien utama. Zat pati yang
terdapat dalam beras, jagung, gandum, singkong, ubi, sagu dan lain-lain
merupakan polimer dari glukosa yang disentis oleh tumbuh-tumbuhan sebagai
cadangan energi / makanan bagi tumbuh-tumbuhan tersebut.
Pada hewan dan manusia, karbohidrat
disimpan dalam bentuk glikogen, terutama di hati (2 – 8 %) dan otot (0,5 – 1
%). Glikogen hati terutama berguna untuk mempertahankan kadar
glukosa darah normal (70 – 90 mg/100 ml darah), sedangkan glikogen otot
bertindak sebagai penyedia energi untuk keperluan kontraksi. Pada tahap reaksi
persiapan, yaitu pada tahap pencernaan, karbohidrat dipecah-pecah menjadi
monomer-monomernya separti glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, dan sebagainya.
Katabolisme karbohidrat. Dalam hal ini
glukosa, terdapat beberapa tipe jalur penambatan yang antara lain jalur
glikolisis atau Embden Meyerhof – Parnas
Pathway (EMP), Entne – Duodorff – Pathway (ED) dan Hexosa Mono phospat Pathway
(HMP). Oksidasi selanjutnya
senyawa antara umum yang dihasilkan dari
jalur di atas memasuki daur Krebs (daur asam trikarboksilat) dan
rantai respirasi
yang berlangsung dengan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP yang lebih
banyak. Proses metabolisme yang berlangsung pada tiap organisme, bergantung
pada aktivitas sistem enzim yang dimiliki oleh organisme tersebut.
Jalur-jalur EMP, ED, HMP berlangsung
dalam keadaan anaerob. Sedangkan proses selanjutnya, yaitu siklus asam trikarboksilat
(TCA atau daur Krebs) dan rantai respirasi terjadi dalam keadaan aerob.
Glukosa digunakan baik oleh organisme
anaerob maupun aerob. Pada tahap-tahap awal jalur katabolisme untuk kedua tipe
organisme itu mirip satu sama lain. Organisme anaerob memecah glukosa menjadi senyawa yang lebih sederhana yang
dapat mengalami metabolisme lebih lanjut tanpa bantuan oksigen. Sedangkan
organisme aerob selain memiliki perangkat enzim yang dimiliki oleh organisme
anaerob, yang mempunyai kemampuan lebih yang dapat memecah senyawa sederhana
menjadi CO2 dan H2O dengan bantuan enzim. Karena
pemecahannya lebih sempurna, maka energi yang dihasilkan pun lebih banyak
daripada yang dihasilkan oleh organisme anaerob.
IV.
HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel Pengamatan
NO
|
Bahan + pereaksi
|
Keadan
warna
|
Keterangan
|
|
Sebelum
pemanasan
|
Sesudah
pemanasan
|
Terdapat
endapan
|
||
1
|
Glukosa+faling A+B
|
Hijau toska
|
Jingga
|
Ada endapan
|
2
|
Sari buah
a.
Jeruk+Air+fahling A+B
|
Hijau muda
|
Kuning
|
Tidak ada endapan
|
3
|
b.
Jambubiji
+Air+Fahling A+B
|
Biru muda
(ada endapan)
|
Jingga tua
|
Ada endapan
|
4
|
c.
Semangka+Air+fahling
A+B
|
Abu-abu
|
Jingga kecoklatan
|
Ada endapan
|
5
|
d.
Nanas+Air+Fahling
+A+B
|
Biru cerah
|
Kuning
|
Tidak ada endapan
|
6
|
e.
Pepaya+Air+Fahling
A+B
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning kecoklatan
|
Ada endapan
|
7
|
f.
Pisang+Air+Fahling
A+B
|
Biru kecoklatan
(ada endapan)
|
Kuning
|
Tidak ada endapan
|
v Urutan larutan yang banyak mengandung glukosa :
1. Larutan sari buah jambu biji
2. Larutan sari buah semangka
3. Larutan glukosa
4. Larutan sari buah papaya
5. Larutan sari buah pisang
6. Larutan sari buah nanas
7. Larutan sari buah jeruk
B. Foto pengamatan
1. Sebelum di panaskan
Sumber: dokumentasi
pribadi 2014
|
Jeruk Jambu Semangka
Sumber
: dokumentasi pribadi. 2014
2. Sesudah di panaskan
Sumber
: dokumen pribadi 2014
|
|
|
Sumber : dokumentasi pribadi. 2014
V.
ANALISIS DATA
Pada praktikum yang dilakukan, fehling A dan B
berfungsi untuk menguji dan mengetaui ada atau tidaknya kandungan buah –
buahan. Kadar glokusa yang dihasilkan dapat terlihat dari warna yang diasilkan
semakin tua. Urutan warna yang menunjukkan kadar glokusa tinggi sampai yang
paling rendah adalah mera bata, jingga, kuning, dan hijau.
Pada
percobaan yang menggunakan bahan larutan glokusa dan sari buah – buahan yang
titambah dengan air dan larutan pereaksi feling A dan B sebanyak enam tetes
sebelum dipanaskan mengalami perubahan warna. Setelah dipanaskan dalam suhu 950
selama 10 menit larutan glokusa dan sari buah – buahn kembali mengalami
perubahan. Perubahan yang dihasilkan antara lain :
1. Larutan
sari buah jambu biji
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah jambu biji yang telah ditetesi air dan fehling A
dan B berwarna biru muda dan terdapat
endapan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950
warna berubah menjadi jingga tua dan terdapat endapan. Adanya endapan
desebabkan karena sari buah jambu biji dapat bereaksi positif terhadap larutan
feling A dan B dengan demikian dapat diketahui bahwa sari buah jambu biji
memiliki kandungan glokusa yang tinggi.
2. Larutan
sari bua semangka
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah semangka yang telah ditetesi air dan fehling A dan
B berwarna abu – abu. Setelah dipanaskan
didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950 warna berubah
menjadi jingga kecokelatan dan terdapat endapan. Adanya endapan desebabkan
karena sari buah jambu biji dapat bereaksi positif terhadap larutan feling A
dan B. namun karena warna yang sari buah semangka lebih muda warnanya dari pada
sari buah semangka maka kandungan glokusanya lebih rendah dari pada larutan
sari buah jambu biji.
3. Larutan
glokusa
Sebelum
dipanaskan larutan glokusa yang telah ditetesi air dan fehling A dan B menghasilkan warna hijau muda. Setelah
dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950 warna
berubah menjadi kuning dan tidak
terdapat endapan. Tidak adanya endapan disebabkan karena larutan glokusa
tidak dapat bereaksi positif terhadap larutan feling A dan B. Dengan demikian
larutan glokusa hanya sedikit mengandung glokusa dibandingkan larutan sari buah
jambu biji dan larutan sari buah semangka.
4. Larutan
sari buah pepaya
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah pepaya yang telah ditetesi air dan fehling A dan
B menghasilkan warna hijau kekuningan.
Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950
warna berubah menjadi kuning kecokelatan dan terdapat endapan. Adanya endapan
disebabkan karena larutan sari buah pepaya dapat bereaksi positif terhadap
larutan feling A dan B dan memiliki kandungan glokusa lebih rendah dari pada
larutan sari buah jambu biji, larutan sari buah semangka dan larutan glokusa.
5. Larutan
sari buah pisang
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah pisang yang telah ditetesi air dan fehling A dan
B berwarna biru pucat dan terdapat
endapan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950
warna berubah menjadi kuning dan tidak terdapat endapan. Tidak adanya endapan
disebabkan karena larutan sari buah pisang tidak dapat bereaksi positif
terhadap larutan feling A dan B dan memiliki kandungan glokusa lebih rendah
dari pada larutan sari buah jambu biji, larutan sari buah semangka, larutan
sari buah pepaya dan larutan glokusa.
6. Larutan
sari buah nanas
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah nanas yang telah ditetesi air dan fehling A dan
B berwarna biru cerah dan terdapat
endapan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950
warna berubah menjadi kuning. Dengan demikian dapat diketahui bahwa larutan
sari buah nanas memiliki kandungan glokusa lebih rendah dari pada larutan sari buah
jambu biji, larutan sari buah semangka, larutan sari buah papaya, larutan
glokusa dan larutan sari buah pisang.
7. Larutan
sari buah jeruk
Sebelum
dipanaskan larutan sari buah jeruk yang telah ditetesi air dan fehling A dan
B berwarna hijau muda dan tidak terdapat
endapan. Setelah dipanaskan didalam waterbath selama 10 menit pada suhu 950
warna berubah menjadi kuning dan tidal terdapat endapan. Tidak adanya endapan
disebabkan karena larutan sari buah pisang tidak dapat bereaksi positif
terhadap larutan feling A dan B. Dengan demikian dapat diketahui bahwa larutan
sari buah jeruk memiliki kandungan glokusa lebih rendah dari pada larutan sari
buah jambu biji, larutan sari buah semangka, larutan sari buah papaya, larutan
glokusa, larutan sari buah pisang dan larutan sari buah nanas.
Berdasarkan
hasil percobaan larutan yang memiliki kandungan glokusa yang paling banyak
adalah larutan sari buah jambu biji sedangkan larutan yang memiliki kandungan
glokusa yang paling sedikit adalah larutan sari buah jeruk. Hal tersebut
disebabkan karena tingkat warna yang berbeda yang menunjukkan kandungan
karbohidrat yang berbeda pula pada setiap larutan.
Menurut literatur dari Dasar – Dasar
Biokimia karangan Anna Podjaji halaman 461 – 463, larutan yang paling banyak
mengandung karboidrat adalah glokusa. Urutan larutan sari buah yang memiliki
kandungan karbohidrat dari yang paling tinggi ke renda antara lain, larutan
sari buah pisang dengan kandungan karbohidrat 23,0, larutan sari buah nanas
dengan kandungan karohidrat 13,7, larutan sari buah jambu biji dan papaya
dengan kandungan karbohidrat 12,2 dan larutan sari buah jeruk dengan kandungan
karboidrat 11,2 serta yang paling sedikit kandungan karbohidratnya adalah
larutan sari buah semangka dengan kandungan 6,9.
Adanya perbedaan antara hasil pengamatan
praktikum yang dilakukan dengan literatur, kemungkinan disebabkan karena adanya
kesalahan ketika meneteskan larutan fehling A dan B kedalam lartan glokusa dan
larutan sari buah.
VI.
KESIMPULAN
1. Larutan
fehling A dan B digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kandungan
karbohidrat dan glukosa pada suatu bahan makanan.
2. Kandungan karbohidrat dapat diketahui dengan melihat
warna larutan. Warna yang dihasilkan yaitu merah bata atau orange.
3. Berdasarkann
hasil pengamatan yang dilakukan larutan yang paling tingggi kandungan glokusa
adalah larutan sari buah jambu biji
4. Berdasarkan
literatur larutan yang paling tinggi kandungan glokusa adala larutan glokusa.
5. Perbedaan
antara hasil pengamatan dan literatur kemungkinan disebabkan karena adanya
kesalahan saat meneteskan larutan fehling A dan B.
VII.
DAFTAR
PUSTAKA
Noorhidayati
dan Hardiansyah. 2014. Penuntun Praktikum
Biokimia. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Poejdiadi,
Ana. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI
Press. Jakarta.
Stryer,
Lubert (Alih bahasa : Sadikin, Mohamad dkk). 2000. Biokimia. EGC.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar